Pages

Rabu, 06 Maret 2019

MANAJEMEN EMOSI


Bismillahirrahmanirrahim,

Pernah dengar kalau kita mau cari tahu karakter asli orang, lihat kalau dia lagi marah. Setuju banget dengan pendapat tersebut, karena saat marah hilang sudah segala pencitraan dia, akan kelihatan aslinya seperti apa. Lihat apakah dia kalau marah mengumpat-umpat, atau banting-banting barang, caci maki, atau beristighfar, diam.

Marah merupakan suatu  hal yang manusiawi. Yang jadi masalah adalah bagaimana mengekspresikan amarahnya. Jangan sampai sampai  saat kita ledakkan amarah kita eh ujungnya malah menambah dosa, bisa mengudnang murka Allah atau menimbulkkan keburukan yang luas bagi dirinya atau objek yang dimarahi. Misal marah kepada anak, naudzubillah bisa saja rasa marah itu berubah menjadi doa keburukan.  Sebagai seorang muslim tentunya semua yang kita lakukan itu ada koridornya termasuk mengelola rasa marah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana ,manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah.” (HR.Muslim no.2603) 

Bisa menahan amarah merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa.

     "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS.An Nisa 134) 

Mengendalikan emosi wujud kematangan jiwa-
“Bukankah orang yang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam ) pergulatan (perkelahian) tetapi tidak lain orang yang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan diri ketika marah “. (HR.Al-Bukhari (no.5763) dan Muslim (no 2609).


Saat Rasululllah marah :
1.     Taawudz
“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awuds. A’udzu billahiminas syaithanir rajim, marahnya akan hilang (HR. Bukhari dan Muslim)
2.    Diam
Bila ta’awudz sudah dilakukan tapi masih ada emosi lebih baik kita diam.
“Jika kalian marah diamlah.” (HR.Ahmad)
Saat diam kita bisa berfikir lagi, perlu nggak sih kita marah karena terkadang rasa marah muncul karena hal-hal yang sepele misal nyari-nyari abrang nggak ketemu. Walau kadang memang kita harus marah ketika agama kita dihina atau Rasulullah dihina.
3.    Mengambil posisi lebih rendah
“Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang hendak dia mengambil posisi tidur. “(HR. Ahmad 21348)
4.    Segera berwudhu/mandi
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apa bila kalian marah hendaknya dia berwudhu. (HR.Ahmad 17985) (beberapa ulama berpendapat kalau hadits ini lemah) tetapi pada dasarnya air bisa merilekkan tubuh.
 

 Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pengendalian emosi yang lebih baik :

1.     Pengokohan aqidah
Kepercayaan yang utuh bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah kehendak Allah . Misal saat dipecat dari pekerjaan, tidak mengumbarkan amarah tapi menyadari bahwa itu adalah kehendak dari Allah.
2.    Stop & Think
Menunda reaksi terhadap apapun yang terjadi sehingga kita bisa  berfikir logis, perlu nggak kita marah, perlu nggak kita cek dan ricek dulu.
3.    Berfikir solutif
Tidak mengedapankan emosi, emosi manusiawi tetapi bisa mengontrolnya, lebih berfikir untuk solusinya apa daripada menghabiskan energi untuk marah-marah.
4.    Balance Life
Seimbang dunia akherat, jiwa dan raga kita.
 
 Tips Tekhnis yang bisa kita lakukan sebagai upaya untuk menambah kemampuan manajemen emosi :
1.   Berhitung, dzikir, dan atur nafas.
Atur nafas sambil berhitung misal 1-10 sambil berfikir perlu nggah sih kita marah, kemudian ditambah dzikir dan ta’awudz.
2.    Alirkan, Ledakan emosi
Setelah melakukan relaksasi pernafasan, dzikir tetapi ledakan emosi masih ada , alirkan ledakan emosi itu ke hal-hal yang positif missal ngosek-ngosek kamar mandi/mencuci/membuat adonan/ apapun yang bisa menyalurkan energy tetapi tetap ke hal yang baik.
3.    Tuliskan
Menuangakan kekesalan dengan menulis di buku khusus, apa-apa yang kita rasakan tulis di buku saat emosi sudah reda menjadikan tulisan tersebut sebagai muhasabah diri.
4.    Sugesti
Saat emosi kita tersulut maka yakinkan pada hati kita sendiri bahwa kita adalah orang yang sabar. Waktu sugesti terbaik adalah saat kita mulai bangun sampai saat mau tidur. Misal : “Wahai diri hari ini kita pasti bisa sabar”

Sumber : Materi Kuliah Kerumahtanggaan Bengkel Diri
Fasilitator : Ummu Balqis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar