Bismillahirrahmanirrahim,
Pernah dengar kalau kita mau cari tahu karakter asli orang, lihat kalau dia lagi marah. Setuju banget dengan pendapat tersebut, karena saat marah hilang sudah segala pencitraan dia, akan kelihatan aslinya seperti apa. Lihat apakah dia kalau marah mengumpat-umpat, atau banting-banting barang, caci maki, atau beristighfar, diam.
Marah merupakan suatu hal yang manusiawi. Yang jadi masalah adalah bagaimana mengekspresikan amarahnya. Jangan sampai sampai saat kita ledakkan amarah kita eh ujungnya malah menambah dosa, bisa mengudnang murka Allah atau menimbulkkan keburukan yang luas bagi dirinya atau objek yang dimarahi. Misal marah kepada anak, naudzubillah bisa saja rasa marah itu berubah menjadi doa keburukan. Sebagai seorang
muslim tentunya semua yang kita lakukan itu ada koridornya termasuk mengelola rasa marah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “ Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana
,manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah.” (HR.Muslim
no.2603)
Bisa menahan amarah merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa.
"(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (QS.An Nisa 134)
Mengendalikan
emosi wujud kematangan jiwa-
“Bukankah orang yang kuat (yang
sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam ) pergulatan
(perkelahian) tetapi tidak lain orang yang kuat (yang sebenarnya) adalah yang
mampu mengendalikan diri ketika marah “. (HR.Al-Bukhari (no.5763) dan Muslim
(no 2609).
Saat Rasululllah marah :
1. Taawudz
“Sungguh
saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan
hilang. Jika dia membaca ta’awuds. A’udzu billahiminas syaithanir rajim,
marahnya akan hilang (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Diam
Bila ta’awudz
sudah dilakukan tapi masih ada emosi lebih baik kita diam.
“Jika
kalian marah diamlah.” (HR.Ahmad)
Saat diam
kita bisa berfikir lagi, perlu nggak sih kita marah karena terkadang rasa marah
muncul karena hal-hal yang sepele misal nyari-nyari abrang nggak ketemu. Walau
kadang memang kita harus marah ketika agama kita dihina atau Rasulullah dihina.
3. Mengambil
posisi lebih rendah
“Apabila
kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan
itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang hendak dia mengambil posisi
tidur. “(HR. Ahmad 21348)
4. Segera
berwudhu/mandi
Sesungguhnya
marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan
dengan air. Apa bila kalian marah hendaknya dia berwudhu. (HR.Ahmad 17985)
(beberapa ulama berpendapat kalau hadits ini lemah) tetapi pada dasarnya air
bisa merilekkan tubuh.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk pengendalian emosi yang lebih baik :
1. Pengokohan
aqidah
Kepercayaan
yang utuh bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah kehendak Allah . Misal
saat dipecat dari pekerjaan, tidak mengumbarkan amarah tapi menyadari bahwa itu
adalah kehendak dari Allah.
2. Stop
& Think
Menunda
reaksi terhadap apapun yang terjadi sehingga kita bisa berfikir logis, perlu nggak kita marah, perlu
nggak kita cek dan ricek dulu.
3. Berfikir
solutif
Tidak
mengedapankan emosi, emosi manusiawi tetapi bisa mengontrolnya, lebih berfikir
untuk solusinya apa daripada menghabiskan energi untuk marah-marah.
4. Balance
Life
Seimbang
dunia akherat, jiwa dan raga kita.
Tips
Tekhnis yang bisa kita lakukan sebagai upaya untuk menambah kemampuan manajemen
emosi :
1. Berhitung, dzikir, dan atur nafas.
Atur nafas sambil berhitung misal 1-10 sambil
berfikir perlu nggah sih kita marah, kemudian ditambah dzikir dan ta’awudz.
2.
Alirkan, Ledakan emosi
Setelah melakukan relaksasi pernafasan, dzikir
tetapi ledakan emosi masih ada , alirkan ledakan emosi itu ke hal-hal yang
positif missal ngosek-ngosek kamar mandi/mencuci/membuat adonan/ apapun yang
bisa menyalurkan energy tetapi tetap ke hal yang baik.
3.
Tuliskan
Menuangakan kekesalan dengan menulis di buku
khusus, apa-apa yang kita rasakan tulis di buku saat emosi sudah reda
menjadikan tulisan tersebut sebagai muhasabah diri.
4.
Sugesti
Saat emosi kita tersulut maka yakinkan pada hati
kita sendiri bahwa kita adalah orang yang sabar. Waktu sugesti terbaik adalah
saat kita mulai bangun sampai saat mau tidur. Misal : “Wahai diri hari ini kita
pasti bisa sabar”
Sumber : Materi Kuliah Kerumahtanggaan Bengkel Diri
Fasilitator : Ummu Balqis