Foto ini diambil seusai penyerahan hadiah kepada pemenang lomba yang diadakan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI, hari Jadi kota Trenggalek dan Idul Fitri 2012. Adapun lomba yang diadakan adalah lomba jepit kelereng, lomba makan kerupuk,lomba bawa balon berpasangan. Hadiahnya sih murah meriah, tapi hadiah apa aja anak-anak sudah pada senang yang pneting kumpul-kumpul dan sennag-sennag bareng.
Foto dari depan: Hendrik,Alif,Bowo,Rengki,Ridwan,Dita,Ratna,Uswatun,Yeni,Eka,Bu Hindun,Aku,Pak Slamet,Bu Tri w, Bu LIlis, Bu Tri Kepala Sekolah.
Selasa, 09 Oktober 2012
Sabtu, 06 Oktober 2012
Novel Sepatu Dahlan
Mata berkunang-kunang, keringat bercucuran, lutut gemetaran, telinga mendenging....
Siksaan akibat rasa lapar ini memang tak asing tetapi masih saja berhasil mengusikku...
Sungguh aku butuh tidur. Sejenak pun bolehlah. Supaya lapar ini terlupakan.
Kehidupan mendidik Dahlan kecil dengan keras.
Baginya rasa perih karen alapar adalah sahabat baik yang enggan pergi.
Begitu pula dengan lecet dikakinya, bukti perjuangan dalam meraih ilmu.
Dia harus berjalan berkilo kilometer untuk bersekolah tanpa
alas kaki, Tak hanya itu sepulang belajar masih banyak pekerjaan yang
harus dilakukannya demi sesuap tiwul. Mulai dari nguli nyeset, nguli nandur, sampai melatih tim voli anak-anak juragan tebu.
Semua itu tak membuat Dahlan putus
asa. Tak juga berarti keceriaan masa kanak-kanaknya hilang. Ketegasan sang Ayah serta kelembutan hati sang Ibu membuatnya bertahan. Persahabatn yang murni menyemangatinya untuk terus berjuang.Dan apapun
yang terjadi, Dahlan terus berusaha mengejar dua cita-cita
besarnya:sepatu dan sepeda
Langganan:
Postingan (Atom)