Pages

Kamis, 30 November 2017

Resensi Novel Into Thin Air ; Kisah Tragis Pendakian Everest

Judul   : Into Thin Air ;Kisah Tragis Pendakian everest
Penulis : Jon Krakauer
Bahasa : Terjemahan Bahasa Indonesia
Penerbit : Qanita

Awal cerita tertarik membaca novel ini adalah ketika usai melihat film Everest di bioskop. Novel Into Thin Air ditulis oleh Jon Krakuer dimana jon Krakauer merupakan salah satu pendaki yang selamat dari peristiwa tragis pendakian tahun 1996. Oh ya buku yang saya baca ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. 

Tahun 1996 majalah Outside tempat Jon Krakauer bekerja menugaskan Jon K untuk melakukan liputan di everest. Awalnya Jon diikutkan dalam ekspedisi Mountain Madness pimpinan Scott Fischer namun akhirnya dibatalkan karena majalah Outside lebih memilih Adventure Consultans pimpinan Robb Hall. 

Pada saat itu ada 8 klien dari ekspedisi Adventure Consultans, mereka adalah
1. Doug Hansen berasal dari USA
2. Dr. Seaborn Beck weathers berasal dari USA
3. Yasuka Namba, Jepang
4. Dr.Stuart Hutchison Kanada
5. Frank Fischbeck, Hongkong
6. Lou Kasische, USA
7. Dr.John Taske, Australia
8. Jon Krakauer, USA

Adapun peimimpin pemandunya adalah Rob Hall yang berasal dari Selandia Baru. Robb Hall dibantu oleh pemandu Andy Harold Haris dan Mike Groom dan para sherpa. Adapun Manajer Base Campnya adalah Helen Wilton dan dokternya adalah Dr. Caroline Mackenzie.

Begitu banyak peristiwa yang mewarnai pendakian ini. salah satu peristiwa awalnya adalah ketika salah seorang Sherpa yang menderita penyakit ketinggian yang parah. Saat itu Jon K dan kawan-kawannya masih berada di base camp.

Untuk menghindari kemacetan yang bisa membahayakan para pendaki maka dibetuklah kesepakatan dengan tim-tim yang akan mendaki Everest .Sesuai kesepatan tim Rob Hall dan tim Scott Fischer akan mendaki tanggal 10 Mei 1996. namun tim dari Afrika tampaknya tak mau untuk diajak kompromi , mereka bisa saja mendaki tanggal 10 Mei bisa maju dan bisa mundur. Tim pendaki Taiwan yang awalnya sepakat untuk tidak mendaki tanggal 10 Mei tetapi mereka berubah fikiran dan akhirnya mereka pun sama-sama mendaki di tanggal tersebut.

Banyaknya pendaki jadi salah satu penyebab penghambat untuk cepat menuju puncak. Dari awal Robb Hall bilang ke kliennya bahwa batas turun puncak adalah antara jam 13.00 sampai dengan jam 14.00. Namun sampai dengan tanggal 10 Mei Robb Hall belum memngumumkan secara pasti kapan mereka akan turun.

Mempertimbangkan kondisi saat itu Frank Fischbeck, Lou, Stuart dan John Taske memutuskan untuk mundur dan kembali turun. Beck Weathers juga gagal menuju puncak karena kondisi matanya yang tidak bsia melihat. sehingga klien Robb Hall yang menuju puncak tinggal Jon Krakauer, Yasuko Namba dan Doug Hansen. Jon Krakauer menjadi klien pertama dari tim Robb Hall yang berhasil mendaki puncak Everest. Kemudian beberapa jam kemudian disusul oleh Yasuko Namba dan yang terakhir adalah Dough Hansen yang walaupun begitu sangat kepayahan akhirnya bisa mencapai puncak dengan dibatu oleh Robb Hall.

Namun keberhasilan untuk mencapai puncak bukanlah segalanya. Harus ada sisa tenaga untuk bisa kembali turun gunung. Waktu yang sudah sore, persediaan oksigen yang menipis , badai salju yang kapan saja bisa datang. Dan perjuangan Doug Hansen dan Yasuko Namba pun berakhir dan bahkan Robb Hall sebagai pemimpin pemandu pun ikut meninggal. Yasuko Namba ditemukan meninggal beberapa meter dari camp 4 Pemandu Andy Harris pun juga ikut meninggal. Tim dari Adventure Consultans yang berhasil mencapai puncak dan selamat adalah pemandu Mike Groom dan Jon Krakauer. Beck Weathers yang awalnya diperkirakan tidak bisa bertahan hidup tetapi ternyata memiliki keajaiaban bisa bertahan hidup walaupun lengannya harus diamputasi dan hidungya pun harus diperbaiki. 

Bagaimana dengan tim yang dipimpin oleh Scott Fischer ? Scott Fischer sendiri juga ikut meninggal dalam pendakian tersebut. Klien-kliennya yang awalnya menghadapi cuaca buruk akhirnya bisa selamat.