Pages

Selasa, 02 April 2019

Cerita Tentang Perpus,Buku, dan Masa Kecil

Sejak kapan suka baca ? kalau aku sih sejak bisa membaca . Jadi dulu aku tuh termasuk anak-anak yang susah sekali diajarin baca. Sampai kemudian ketika kelas 1 pindah sekolah entah kenapa kok jadi bisa dan setelah bsia jadi demen banget membaca. Tetapi kemudian sayang sekali ya waktu itu kurang sekali sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Hingga acapkali rasa kecewa itu ada oh seandainya perpusnya itu banyak bukunya yang bagus-bagus pasti asyik sekali. Ada sih perpus di sekolah waktu itu, tapi perpusnya kecil dan bukunya pun cuma sedikit itupun buku-buku lama. 

Beberapa tahun kemudian , lupa waktu itu kelas berapa. Senang banget karena di pasar ada yang jualan buku dan majalah bekas. Majalah Mentari, Bobo favorit kala itu, kalo nggak salah harganya 1.250 apa 1.500 ya lupa. Makanya rajin banget nyisihin uang buat bisa beli majalah itu, walaupun majalah bekas tetapi senang banget. Oh ya waktu itu uang segitu besar banget ya buat anak SD. Terus biar bisa beli majalah itu selain berharap dari uang saku , jualan jajan karena kebetulan waktu itu emak buka warung kelontong ya udah sebagian jajannya tak bawa ke sekolah tak jualin ke teman-teman. dan masih ingat banget jualan yang paling laris itu adalah coklat yang bentuknya kaya koint dibungkus sama kertas kuning kaya uang gitu. Laris sampek adik-adik kelas pada beli. Ada lagi jualan permen dinamite , permen yang tengahnya ada coklatnya itu juga laris. 

Senangnya lagi pas musim cengkeh, bisa ngumpulin uang dari hasi perburuan mencari cengkeh. Nyarinya ya di kebun tetangga, cengkeh di jemur sampek kering setelah banyak baru dijual. Kalo pas liburan sekolah, liburan ke rumah mbah (masih satu desa) paling 10 menitan  terus nyari cengkeh disana, karena disana ada banyak pohon cengkehnya. Kalo disana ya cengkeh dikumpulin bisa dapat banyak langsung dijual. Senang banget rasanya serasa jadi jutawan. Kalo uangnya banyak itu artinya bisa beli majalah yang banyak ,yeaaaa. Kenapa sih sampek berjuang segitunya, sebetulnya dulu itus etiap minta uang jajan , emak jarang sekali memberikan langsung, malah suruh ambil sendiri tapi nggak tau nya rasanya lebih greget kalo nyari dari jualan atau ngumpulin dari uang saku. Anak SD padahal, entah kenapa semakin gedhe kok semakin gak kreatif.

Ketika Mts masih kecewa dengan perpustakaanya, karena koleksi bacaanya hampir tidak ada, hampir semua kolekdsi buku pelajaran. Dan level bacaaanya naik ke majalah anita, aneka . Tapi waktu itu kayaknya nggak beli deh, cuma pinjam  punya teman aja. Sering baca koran di tempat paklek yang langganan Jawa Post (Awal mula sering baca tulisan P.Dahlan Iskan). Terus juga pinjam baca tabloid Bollywod, minjem di mbak Novi. Biasanya tiap jumat 2 minggu sekali nemenin mbak Novi nungguin Pak Jawa Pos kita nyebutnya gitu yang keliling jalan kaki jualan koran. Seingatku beliau adalah satu-satunya penjulan koran. 

Lulus Mts Alhamdulillah lanjut ke SMA di kota, kota Trenggalek namanya hehhehe . Jauh dari orang tua, ngekos, ngatur keuangan sendiri. Masa SMA masih juga kecewa dengan perpustakaannya, Koleksi bacaan yang diharapkan nggak ada. Tetapi alhamdulillah ada teman aku yang baik hati Tyas mengenalkanku dengan perpustkaan umum Trenggalek, dan yang kebetulan ibunya juga dinas disitu. Ibu Maryati ayng baik hatis eperti putranya. Al-fatihah....Dan akhirnya kutemukan yang kucari-cari, Alhamdulillah bacaan-bacaan yang ku cari ada di situ, terobati sudah rasa kecewa itu. Oh ya masa SMA juga mengenal majalah Annida, dan akhirnya majalah Annida berhasil menggeser posisi majalh Annita dan majalah Aneka.

Dan Alhamdulillah ya sekarang sekolah-sekolah dasar sudah ada perpustakaanya, buku-bukunya juga banyak, tetapi sayang (bukan tidak bersyukur)  tetapi sebagai seorang yang dulunya mas kecilnya suka membaca tetapi koleksi dari bantuan tersebut kurang menarik anak. Berdasarkan pengalaman pernah bekerja di perpustakaan sekolah nih, rata-rata bukunya itu banyak banget tulisannya dan menurut saya kurang cocok kalau untuk anak-anak sih. sayang banget ya kalau anggarannya gedhe tapi karena tidak menarik bukunya jadi tak terjamah.

Rabu, 06 Maret 2019

MANAJEMEN EMOSI


Bismillahirrahmanirrahim,

Pernah dengar kalau kita mau cari tahu karakter asli orang, lihat kalau dia lagi marah. Setuju banget dengan pendapat tersebut, karena saat marah hilang sudah segala pencitraan dia, akan kelihatan aslinya seperti apa. Lihat apakah dia kalau marah mengumpat-umpat, atau banting-banting barang, caci maki, atau beristighfar, diam.

Marah merupakan suatu  hal yang manusiawi. Yang jadi masalah adalah bagaimana mengekspresikan amarahnya. Jangan sampai sampai  saat kita ledakkan amarah kita eh ujungnya malah menambah dosa, bisa mengudnang murka Allah atau menimbulkkan keburukan yang luas bagi dirinya atau objek yang dimarahi. Misal marah kepada anak, naudzubillah bisa saja rasa marah itu berubah menjadi doa keburukan.  Sebagai seorang muslim tentunya semua yang kita lakukan itu ada koridornya termasuk mengelola rasa marah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana ,manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah.” (HR.Muslim no.2603) 

Bisa menahan amarah merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa.

     "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS.An Nisa 134) 

Mengendalikan emosi wujud kematangan jiwa-
“Bukankah orang yang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam ) pergulatan (perkelahian) tetapi tidak lain orang yang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan diri ketika marah “. (HR.Al-Bukhari (no.5763) dan Muslim (no 2609).


Saat Rasululllah marah :
1.     Taawudz
“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awuds. A’udzu billahiminas syaithanir rajim, marahnya akan hilang (HR. Bukhari dan Muslim)
2.    Diam
Bila ta’awudz sudah dilakukan tapi masih ada emosi lebih baik kita diam.
“Jika kalian marah diamlah.” (HR.Ahmad)
Saat diam kita bisa berfikir lagi, perlu nggak sih kita marah karena terkadang rasa marah muncul karena hal-hal yang sepele misal nyari-nyari abrang nggak ketemu. Walau kadang memang kita harus marah ketika agama kita dihina atau Rasulullah dihina.
3.    Mengambil posisi lebih rendah
“Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang hendak dia mengambil posisi tidur. “(HR. Ahmad 21348)
4.    Segera berwudhu/mandi
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apa bila kalian marah hendaknya dia berwudhu. (HR.Ahmad 17985) (beberapa ulama berpendapat kalau hadits ini lemah) tetapi pada dasarnya air bisa merilekkan tubuh.
 

 Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pengendalian emosi yang lebih baik :

1.     Pengokohan aqidah
Kepercayaan yang utuh bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah kehendak Allah . Misal saat dipecat dari pekerjaan, tidak mengumbarkan amarah tapi menyadari bahwa itu adalah kehendak dari Allah.
2.    Stop & Think
Menunda reaksi terhadap apapun yang terjadi sehingga kita bisa  berfikir logis, perlu nggak kita marah, perlu nggak kita cek dan ricek dulu.
3.    Berfikir solutif
Tidak mengedapankan emosi, emosi manusiawi tetapi bisa mengontrolnya, lebih berfikir untuk solusinya apa daripada menghabiskan energi untuk marah-marah.
4.    Balance Life
Seimbang dunia akherat, jiwa dan raga kita.
 
 Tips Tekhnis yang bisa kita lakukan sebagai upaya untuk menambah kemampuan manajemen emosi :
1.   Berhitung, dzikir, dan atur nafas.
Atur nafas sambil berhitung misal 1-10 sambil berfikir perlu nggah sih kita marah, kemudian ditambah dzikir dan ta’awudz.
2.    Alirkan, Ledakan emosi
Setelah melakukan relaksasi pernafasan, dzikir tetapi ledakan emosi masih ada , alirkan ledakan emosi itu ke hal-hal yang positif missal ngosek-ngosek kamar mandi/mencuci/membuat adonan/ apapun yang bisa menyalurkan energy tetapi tetap ke hal yang baik.
3.    Tuliskan
Menuangakan kekesalan dengan menulis di buku khusus, apa-apa yang kita rasakan tulis di buku saat emosi sudah reda menjadikan tulisan tersebut sebagai muhasabah diri.
4.    Sugesti
Saat emosi kita tersulut maka yakinkan pada hati kita sendiri bahwa kita adalah orang yang sabar. Waktu sugesti terbaik adalah saat kita mulai bangun sampai saat mau tidur. Misal : “Wahai diri hari ini kita pasti bisa sabar”

Sumber : Materi Kuliah Kerumahtanggaan Bengkel Diri
Fasilitator : Ummu Balqis