Pages

Sabtu, 04 Januari 2014

Nonton "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"



Minggu pagi tanggal 22 Desember 2013, sesuai dengan perencanaan kemarin, hari ini saya dan suami ada rencana ke Malang. Tujuannya selain refresing juga sekalian jenguk kedua adik kita yang bagus dan cantik yang kebetulan kuliah di Malang.Kita berangkat dari Trenggalek pukul 06.00 dengan mengendari ciko tersayang. Setelah pamit dengan Bapak dan Ibu langsung kita berangkat dan tak lupa berdoa semoga perjalanan lancar. Cuaca hari itu begitu bersahabat padahal musim ini adalah musim hujan . Terkadang mendung dan gerimis sesekali menemani perjalan kami. Setelah lebih dari tiga setengah jam menempuh perjalanan dari Trenggalek-Malang sampai juga kami di tempat tujuan. Begitu sampai di Malang kita keliling cari tempat penginapan.

Sesuai dengan rekomendasi dari seorang teman tujuan pertama kita adalah Edotel SMK 3 Malang. Hotelnya lumayan bagus dan bersih tetapi sayang ternyata kamarnya sudah full akhirnya kita puter otak cari alternatif penginapan lain yaitu KOSABRA disitu juga full dari Kosabra kita menuju ke Edotel SMK 2 Malang full juga akhirnya pilihan terakhir Mess Bayangkara. Tetapi karena pada waktu itu kamar kosong jam 3 sore kita menuju ke kos adik yang ada di daerah seputaran swalayan Sardo. Istirahat di situ sebentar kemudian beli tiket nonton "Tenggelamnya Kapan Van Der Wicjk" untuk empat orang. Pada awalnya sih kita mau nonton di Mandala tetapi karen aterlalu jauh akhirnya pilihan kita jatuhkan ke Matos. Sayang karena waktu itu pas hari minggu harga tiket menjadi Rp.50.000,- per orang.Kita milih yang jam 15.05 WIB.

Habis beli tiket kita jalan-jalan sebentar di sekitaran mall setelah itu keluar ke Mess Bayangkara dulu. Sampai di mess ketemu sama ibu penjaga mess dikasih tau kalau mau ada kamar kosong di depan cuma toiletnya lagi rusak jadi kalau mau buang air besar harus ke kamar mandi belakang. Karena badan udah capek daripada menunggu nanti sampai jam 3 sore kita ambil aja kamar itu. Setelah kamar dibersihkan kita sholat Dhuhur dahulu. Tepat pukul 14.30 WIB kita berangkat bareng sama Dek Sigit dan Dek Vita. Sayangnya pas kita mau berangkat hujan juga datang, jadilah kita pake Jas hujan . Ribet juga ya jalan-jalan pas musim hujan gini, apalagi jalan menuju MATOS macet. Jl.Bogor yang dulu sepi sekarang menjadi ramai, padat dengan kendaraan. Setelah berjuang di jalanan dengan hujan-hujan dan bermacet ria sampai juga kita di MATOS.

Ada hal yang menjadi pelajaran sangat penting ketika berada di Mall yaitu jangan sampai kita taruh helm kita tanpa dikunci, seperti kejadianku sama suami karena pada waktu itu hujan dan nggak kefikiran kalau helm nya bisa ilang. Helm ungu INK punya suami hanya ditaruh di atas spion ditutupi sama jas hujan ponco.

Dari parkir sepeda motor kita langsung ke bioskop di lantai atas. Menunggu sekitar 15 menit film "Tenggelamnya Kapan Van Der Wicjk" diputar. Pada awalnya sih aku pensaran banget sama jalinan cerita di film ini. Dengan telaten ku resapi makna di film ini. Apalagi film ini juga memeprlihatkan indaknya tanah Padang yang aduhai bikin aku kepengen kesana. Tetapi lama-kelamaan bosan juga. Durasi film yang aku kira paling lama cuma 2 jaman ternyata sampai 2 jam 45 menit olalaa lama banget apalagi aku memang nggak tahan sama dinginnya AC.

Film "Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck" melukiskan suatu kisah cinta diantara sepasang manusia. Yaitu antara Zainudin dan Nurhayati namun karena adanya perbedaan darah antara mereka maka jalinan cinta tersebut putus. Nurhayati yang semula berjanji akan terus setia dengan Zainudin tak kuasa untuk menolak keinginan Pamannya untuk menerima lamaran Aziz pemuda bangsawan dari tanah Minang. Sebenarnya pada saat yang bersamaan Zainudin juga melamar Hayati, tetapi karena berbeda adat istiadat lamaran itupun ditolak. Betapa hancur hati Zainudin mendengar penolakan lamaran itu dan tak percaya akan pengkhianatan Hayati. Karena penolakan tersebut Zainudin pun sakit. Melihat Zainudin yang telah kehilangan semangatnya Muluk sebagai seorang sahabat  pun membantu Zainuddin untuk bangkit, dan mencoba mengambil hikmah dari kejadian yang menimpanya. Muluk menginginkan Zainuddin kembali menulis, dan menguraikan kisah kepiluannya. Oleh karenanya, bersama Muluk, Zainuddin bangkit, dan merantau ke tanah Jawa, Batavia tepatnya. Dan di Jawalah Zainudin sukses sebagai seorang penulis. Sejak saat itu Zainudin hidup berkecukupan tak kurang sesuatu apapun. Dan disaat itu pula Aziz datang ke Jawa
 
Ini neh para pemain film " Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"
  • Arzetti Bilbina
  • Kevin Andrean as Sophian
  • Niniek L. Karim as Mak Base






Sehabis nonton film pose dulu sama suami








Ini tiketnya untuk empat orang















Narsis sama suami


With my brother

My sister

Narsis bareng-bareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar